Thursday, 12 July 2018

Arahnya kemana? Episode 1(Prolog)


Aku duduk di warung makan favorite di dekat kampus kami lengkap dengan hidangan yang sering kami pesan. Ada yang berbeda dari biasanya, iya aku sendiri. Sudah hampir sebulan aku tidak mendapatkan pesan dari Rina. Tidak tahu kenapa setiap Rina tidak membalas pesanku, aku merasa ada yang salah dengan diriku dan anehnya rasanya ada yang berbeda tanpa kehadiran Rina.

“Hai Bisma! Lo dimana?” Rina kembali mengirim pesan ku yang sudah kutunggu selama ini.

“Gue lagi makan di tempat favorite kita, mau join?” Sontak aku bergegas menjawab pesan Rina dengan hati yang riang.

Rina adalah teman ku sejak 3 tahun lalu saat kami masih menjadi junior di kampus. Perkenalan kami sangatlah unik, aku mengenakan jam tangan yang sama dengan Rina walau warnanya berbeda. Awalnya aku menyapa dia dengan sok asik “Hai! gue Bisma anak jurusan Hubungan Internasional, jam nya lucu deh warna hijau”. Rina pun senyum kebingungan “Oh hai, gue Rina anak HI juga kok”. Disitu lah kami mulai mengobrol walau hanya sedikit membahas asal SMA. Aku tertarik dengannya dari pandangan pertama. Sepulang dari kampus aku mulai mencari dia di Instagram dengan harapan bisa minta kontak yang lupa aku minta. Tidak lama kemudian aku di followback oleh Rina dan akhirnya kami chat-an melalui DM. Walau chat-an ku hanya sedikit, aku tetap senang karena bisa berteman dengan dia.

Aku tahu Rina telah memiliki pujaan hati saat itu tapi aku acuh untuk menyikapinya, ya karena aku menganggap hanya teman biasa. Toh juga chat dengan dia jika ada seperlunya. Tidak lama kemudian mereka putus dan aku tahu banget bahwa Rina adalah wanita yang banyak ditaksir oleh para pria. Yap benar saja, banyak yang langsung berusaha mendekati Rina. Aku minder dengan teman-teman ku yang berusaha mendekati Rina, tidak tahu apa alasannya.

Waktu berjalan dengan cepat, bukannya aku makin mengenal Rina melainkan aku menjauh. Memang sih aku hanya kenal Rina sedikit layaknya porsi mie instant. Beruntunglah semester ini aku sekelas dengan Rina. Aku berharap bisa mengenal dia, tapi aku sangatlah malas untuk masuk kelas Politik Internasional karena kelas pagi dan dosennya yang sangat Killer. Dalam satu semester bisa dihitung dengan jari berapa kali aku tanda tangan langsung dari tanganku. Disinilah aku bisa chat-an dengan Rina, yap hal sepele untuk minta tolong titip absen.

Lama kelamaan chat kami berubah menjadi lebih akrab. Yang berawal hanya chat “Rin, biasa ya gue titip absen” hingga “Rin, pergi yuk”. Memang membutuhkan waktu yang lama agar bisa kenal Rina atau memang hanya aku saja yang tidak memberanikan diri untuk mengenal dia.  Aku ingat sekali saat Rina mulai menceritakan pengalaman pribadinya dan keluarganya. Itu yang membuat aku merasa makin dekat dengan Rina.

Aku ini orang yang susah untuk menyukai orang lain, termasuk wanita. Bukan berarti aku tidak normal, aku hanya berusaha untuk tidak baper. Rina pun ternyata begitu, dia juga bukan orang yang mudah untuk menyukai orang lain. Di sisi positif berarti Rina tidak mudah suka orang lain sedangkan di sisi negatifnya kemungkinan aku akan selamanya hanya dianggap teman olehnya.

Sudah satu semester ini aku mengenalnya. Aku mulai mengabadikan foto jika pergi dengan Rina, entah itu swafoto maupun foto dia. Begitu pun dengan Rina, dia melakukan hal yang sama seperti diriku. Ini yang membuat aku merasa semakin dekat dengannya. Rina sering membuka handphone ku layaknya pacar yang sedang membuka chat-chat dengan orang lain. Rina juga suka bertanya-tanya padaku jika ada wanita yang aku balas chatnya. Begitu pun dengan diriku yang suka lihat daftar chat Rina.

Inilah yang aku selalu lakukan hingga akhir semester ke-3 kuliah. Tapi tidak selamanya berjalan dengan lancar. Hujan itu tidak selamanya deras seringkali hujan hanya gerimis dan kadang-kadang hujan turun bersama petir.


bersambung..