Tuesday, 2 October 2018

Arahnya kemana? Episode 2 (Sarapan dengan Rina)


Aku ingat betul di awal semester 3 hari pertama kuliah, aku satu tempat duduk dengan Rina. Yap, disini lah kami mulai ngobrol lagi. Sebelum semester 3 aku sudah mengenal Rina, hanya mengenal dan saling sapa tidak lebih. Jam pagi kuliah ini membuat topik percakapan kami sambil menunggu dosen yang belum kunjung datang. Singkat cerita di hari pertama kuliah ini dosen tidak hadir untuk mengajar kelas kami. Kelas pagi ini membuat perut ku keroncongan yang tidak sempat sarapan. Spontan mulutku melontarkan kalimat “Yailah gue keroncongan”. Rina pun mendengarnya dan ia menawarkan sarapannya yaitu dua buah roti isi Nutella. Dengan malu-malu kucing aku menerima tawaran rotinya.

“Rin sarapan yuk! Kurang nendang nih buat gue” aku pun tidak tahu kenapa aku mengajak sarapan Rina. Aku panik setengah mati udah sok asik ngajak sarapan. “Hmm sebenernya segini sih udah cukup buat gue tapi kalo gue temenin aja, lo mau ga?” ujar Rina. Aku pun kaget ia mau menerima ajakkan sarapan olehku. Tanpa basa basi aku langsung mengiyakan.

Tidak tahu kenapa aku grogi saat jalan ke parkiran bersama Rina, rasanya berbeda sehingga aku keringat dingin. Kebiasaan ku melangkah cepat berbuah hasil topik. “Buru-buru banget lo Bis, udah kaya ga makan setahun aja” Rina membuat ku makin grogi. Aku tertawa kecil dan memperlambat langkah kaki.

Di motor kami ngobrol menentukkan tempat makan, “Emang lo kalo sarapan apa si Bis?” Rina menanyakan padaku. “Ah gue sih sebenernya apa aja, yang penting gak pedes deh. Bisa mules-mules gue nih” Balasku. Rina pun tertawa dan melanjutkan percakapan “Gimana kalo ke tempat makan favorite gue?”. “Wah boleh tuh, arahin gue ya!”

Singkat cerita, aku dan Rina telah sampai di tempat makan yang Rina suka. Rina pun yang tadinya tidak ingin makan, akhirnya ikut makan karena tidak tahan melihat menu-menu nya. Kami memesan menu yang sama, yaitu sayur sop dan telur dadar. Tapi ada yang berbeda, Rina pakai sambal dan aku tidak. Rina sangat suka sekali dengan sambal, dia pecinta pedas. Tanpa sambal katanya hidup garing.

Aku pun menghabiskan sarapan ku dan meneguk teh hangat yang aku pesan. Setelah makan selesai, kami pun bercerita-cerita. Dari hal konyol hingga mulai memperkenalkan diri masing-masing. Layaknya orang yang baru kenalan dan ingin mengenal lebih jauh lagi. Dari percakapan kami, ternyata aku mengetahui bahwa Rina baru saja putus dengan kekasih hatinya. Padahal baru kenal sebentar, tapi dia sudah menyinggung hal-hal percintaannya. Layaknya laki-laki yang baik, aku mendengarkan cerita-cerita yang Rina ujarkan. Dia juga menceritakan bahwa banyak lelaki yang chat dia dan mengajak ia pergi. Tiba-tiba aku merasa minder, yap minder.

Sarapannya hanya 15 menit, tetapi tidak sadar sudah 90 menit kami berbincang. Akhirnya kami balik ke kampus untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya. Di kampus aku sudah bercanda-canda dengannya. Seharian aku menghabiskan waktu bersama karena di hari ini jadwalku sekelas semua dengan Rina.

Sore pun datang menandakan hari hampir usai, aku pulang ke rumah. Di rumah aku memikirkan Rina, aku kebingungan kenapa aku bisa ngajak dia sarapan. Seorang Rina yang banyak ngedeketin, ngechat dia, yang mau macarin dia banyak sekali. How lucky I can have breakfast with her. Aku berterimakasih kepada kelas pagi yang membuat aku tidak bisa sarapan di rumah.

Malamnya aku iseng chat Rina..