Aku ingat betul di awal semester 3
hari pertama kuliah, aku satu tempat duduk dengan Rina. Yap, disini lah kami
mulai ngobrol lagi. Sebelum semester 3 aku sudah mengenal Rina, hanya mengenal
dan saling sapa tidak lebih. Jam pagi kuliah ini membuat topik percakapan kami sambil
menunggu dosen yang belum kunjung datang. Singkat cerita di hari pertama kuliah
ini dosen tidak hadir untuk mengajar kelas kami. Kelas pagi ini membuat perut
ku keroncongan yang tidak sempat sarapan. Spontan mulutku melontarkan kalimat “Yailah
gue keroncongan”. Rina pun mendengarnya dan ia menawarkan sarapannya yaitu dua
buah roti isi Nutella. Dengan malu-malu kucing aku menerima tawaran rotinya.
“Rin sarapan yuk! Kurang nendang
nih buat gue” aku pun tidak tahu kenapa aku mengajak sarapan Rina. Aku panik
setengah mati udah sok asik ngajak sarapan. “Hmm sebenernya segini sih udah
cukup buat gue tapi kalo gue temenin aja, lo mau ga?” ujar Rina. Aku pun kaget
ia mau menerima ajakkan sarapan olehku. Tanpa basa basi aku langsung
mengiyakan.
Tidak tahu kenapa aku grogi saat
jalan ke parkiran bersama Rina, rasanya berbeda sehingga aku keringat dingin.
Kebiasaan ku melangkah cepat berbuah hasil topik. “Buru-buru banget lo Bis,
udah kaya ga makan setahun aja” Rina membuat ku makin grogi. Aku tertawa kecil
dan memperlambat langkah kaki.
Di motor kami ngobrol menentukkan
tempat makan, “Emang lo kalo sarapan apa si Bis?” Rina menanyakan padaku. “Ah
gue sih sebenernya apa aja, yang penting gak pedes deh. Bisa mules-mules gue
nih” Balasku. Rina pun tertawa dan melanjutkan percakapan “Gimana kalo ke tempat
makan favorite gue?”. “Wah boleh tuh, arahin gue ya!”
Singkat cerita, aku dan Rina
telah sampai di tempat makan yang Rina suka. Rina pun yang tadinya tidak ingin makan,
akhirnya ikut makan karena tidak tahan melihat menu-menu nya. Kami memesan menu
yang sama, yaitu sayur sop dan telur dadar. Tapi ada yang berbeda, Rina pakai
sambal dan aku tidak. Rina sangat suka sekali dengan sambal, dia pecinta pedas.
Tanpa sambal katanya hidup garing.
Aku pun menghabiskan sarapan ku dan
meneguk teh hangat yang aku pesan. Setelah makan selesai, kami pun bercerita-cerita.
Dari hal konyol hingga mulai memperkenalkan diri masing-masing. Layaknya orang
yang baru kenalan dan ingin mengenal lebih jauh lagi. Dari percakapan kami,
ternyata aku mengetahui bahwa Rina baru saja putus dengan kekasih hatinya. Padahal
baru kenal sebentar, tapi dia sudah menyinggung hal-hal percintaannya. Layaknya
laki-laki yang baik, aku mendengarkan cerita-cerita yang Rina ujarkan. Dia juga
menceritakan bahwa banyak lelaki yang chat dia dan mengajak ia pergi. Tiba-tiba
aku merasa minder, yap minder.
Sarapannya hanya 15 menit, tetapi
tidak sadar sudah 90 menit kami berbincang. Akhirnya kami balik ke kampus untuk
mengikuti mata kuliah selanjutnya. Di kampus aku sudah bercanda-canda dengannya.
Seharian aku menghabiskan waktu bersama karena di hari ini jadwalku sekelas semua
dengan Rina.
Sore pun datang menandakan hari hampir
usai, aku pulang ke rumah. Di rumah aku memikirkan Rina, aku kebingungan kenapa
aku bisa ngajak dia sarapan. Seorang Rina yang banyak ngedeketin, ngechat dia,
yang mau macarin dia banyak sekali. How lucky I can have breakfast with her. Aku
berterimakasih kepada kelas pagi yang membuat aku tidak bisa sarapan di rumah.
Malamnya aku iseng chat Rina..