Tuesday, 26 February 2019

Arahnya kemana? Episode 5 (Perhatian Rina)

Ada yang berbeda di tepi lapangan futsal hari ini. Bukan sepatu baru dan bukan juga air mineral botol 1.5 liter, melainkan Rina yang duduk di kursi Panjang tepi lapangan Futsal. Rina dengan sabar duduk menunggu hingga 60 menit berlalu. Sesekali aku melirik ke arah Rina disaat aku mengecoh lawan di Lapangan. Aku melihat raut wajahnya yang ceria dengan senyuman manisnya mengarah kepada ku. Sungguh tidak fokus aku bermain futsal hari ini. Bagaimana bisa fokus, Rina mengalihkan pemandangan gawang bola.

Pagi hari ini diguyur dengan hujan yang sangat deras. Rina menanyakan kepadaku apa yang aku lakukan hari ini. Senang sekali aku jika ditanya seperti ini. Rasanya seperti ada yang perhatian kepada ku. Maklum lah, jarang.

“Bis, udah bangun belom?” Ini adalah kalimat yang hampir setiap hari disaat aku mengecek handphone di pagi hari.

“Belom, masih mimpi” Balas chat-ku. “Ah ada-ada aja lo, masa tidur bisa bales chat” Rina menjawab. “Ini korin Bisma, jangan kaget ya” Lanjut ku. “Hahaha, moodbooster banget sih lo Bis”. Senangnya bisa menjadi moodbooster Rina di pagi ini. Dia tidak tahu saja bahwa Dia adalah moodbooster ku dengan sapaan-sapaannya. Walau hanya via chat. Aku tidak peduli.

“Lo hari ini kemana?” tanya Rina. “Posesif amat lo, tumben amat nanyain” Ujarku. “Posesif lo kira judul lagu Naif ape” Balas Rina. “Ih tau aja model video clipnya hahaha” Candaku. “Pagi-pagi udah nyebelin aja lo ya, Bis!” Rina kesal. “Jadinya gue moodbooster atau moodbreaker nih? hahahaha” Balas lagi dengan candaku. “Pikir aja sendiri” Rina pun bete. “Hahaha jangan kesel gitu dong, gue mau Futsal hari ini Rin” Balas ku. “O” Balas singkat Rina.

“Cie ngambek, daripada ngambek mending ikut gue Futsal” Candaku meredakan suasana. “Mau dong. Jemput ya!” Ujar Rina. Balasan Rina saat ini sangat amat tidak disangka. Aku bergegas menyiapkan pakaian ganti dan sepatu Futsal ku. Dengan menggunakan jas hujan, aku menerobos ke rumah Rina. Aku melihat Rina yang ternyata sudah siap di depan rumahnya menggunakan jas hujan.  

“Dengan kak Rina? Dengan tujuan GS Futsal?” Lawakku bergaya ala ojek online. “Iya, dengan mas Bisma ya?” Rina menanggapi. “Benar sekali, hari ini kak Rina beruntung dapat driver saya karena saya tampan ngalahin Hamish Daud” Canda ku. “Asyik Raisa naik bareng Hamish”. Akhirnya Rina duduk dibelakang dilanjutkan dengan tertawa bersama.

Diperjalanan Rina menyuruhku berhenti di minimarket yang mana aku sedang buru-buru. “Bis, minimarket dulu dong!” Suruh Rina. “Gausah deh ntar aja ya, takut telat nih Rin” Jawabku. “Ini penting banget Bis, melebihi apapun” Rina menjawab dengan gaya dramanya. “Iya deh bentar ya Rin” Balasku sambil menepikan motor.

“Beli apaan sih lo Rin?” tanya ku. “Nih gue beliin air mineral, tadi gue pegang tas lo gaada air” Balas Rina. “Wih perhatian amat lo ya!” puji ku. “Gue gamau temen gue mati kehausan. Thanks me later, loser.” Lanjut Rina.

Sebelum bermain aku yakin sekali bahwa hari ini akan menjadi hari ku. Aku harus main bagus di permainan hari ini. Tidak boleh ada kesalahan. Maklum, Rina menonton ku bermain. Pastinya dengan semangat yang berbeda. Alhasil hari ini aku tidak fokus.

“Gue kira bisa main futsal lo Bis, ternyata begitu doang. Cupu ah” Ledek Rina selesai Bell berbunyi. “Ada lo sih, gawang ga keliatan jadinya” Canda ku. “Hahaha pinter gombal lo ya, basi ew” Balas Rina. “Rin makan yuk, ada mie rebus disitu. Enak deh. Sekalian nunggu hujan reda” Ajakku. “Habis olahraga jangan makan mie instant lah” Tolak Rina. “Lah emang kenapa? Kan enak.” Balas ku. “Gak gak gak, pokoknya harus makan nasi!” Lanjut Rina. “Yaudah mi rebus pake nasi deh” Canda ku lagi. “Ya sama aja bohong dong” Ujar Rina. “Yuk warteg di depan, langganan gue nih” “Nah gitu dong, yuk!”

“Tumben amat lo perhatian sama gue Rin, jarang-jarang nih” iseng ku. “Gausah GR deh lo Bis” Jawab Rina. “Gak GR yeu, dasar gamau ngaku” Lanjut ku. “Gue hanya gamau temen gue mati tiba-tiba gara kurang air” Balas Rina. “Enggak, maksud gue perhatian amat lo nanyain gue kemana tadi pagi” Ujar ku. “Hih siapa yang perhatian, gue kan nanya doang” “Iya deh lain kali gue ga nanya lagi” Lanjut Rina. “Eh, gak gitu maksud gue hehehe. Seneng tau gue ditanya-tanyain gitu” “Berasa ada yang perhatian gitu” Balas ku.

“Ya anggep aja Bis kalo lo punya pacar, anggep aja latihan” Balas Rina.  

Dengan kalimat yang dilontarkan Ia siang hari tadi, membuatku berfikir panjang. Apakah ini sedikit hinaan? Atau bahkan ini seperti ‘kode’? Tidak mungkin sekali. Aku GR sekali sepertinya. Tapi tindakan-tindakan Ia berbeda seperti biasanya. Jarang sekali Ia menanyakan dan memperlakukan ku seperti itu. Aku merasa seperti punya dirinya, iya Rina.

Analisa ku pasti salah, pasti salah.

Wednesday, 6 February 2019

Arahnya kemana? Episode 4 (Kencan)


Aku kaget sekali saat teman-teman menanyakan kepada-ku kenapa aku bisa dekat dengan Rina. Terlebih banyak yang menganggap aku berpacaran. Maklum saja, wanita yang banyak diincar oleh para pria di kampus bisa pergi berdua terus dengan ku.

Memang di akhir-akhir ini aku sering belajar bareng dengan Rina di luar kampus. Sedikit tidak adil sepertinya untuk menyebutnya belajar karena nyatanya kami saling membuka laptop dan menutup kembali untuk bercerita-cerita. Benar-benar banyak topik yang tetap diperbincangkan. Mulai dari cerita sehari-hari di kampus, cerita pengalaman pribadi hingga cerita angan-angan. Bersyukur sekali aku bisa bercerita dan tidak pernah kehabisan topik walaupun aku tidak tahu nanti kedepannya.

Waktu itu aku datang ke salah satu café untuk mendatangi Rina. Aku memesan Ice Chocolate Grande dan cemilan favorite ku kentang goreng. Kemudian aku duduk di depan Rina dan menjitaknya. Aku membuka laptop dan tak lama menyalakan laptop, sampailah aku ketemu dengan teman kampus Rina yang mana teman kampus ku juga.

Tanpa ragu teman ku nyeplos “Wih ada yang lagi ngedate nih!”. Aku dan Rina hanya terdiam kebingungan kenapa Ia bisa menyeploskan kalimat itu. “Hah…engga kok” ucap Rina. “Udah gausah sepik deh lo! Gue cabut ya!” Akhirnya kami bersalaman layaknya anak muda yang bertemu temannya di suatu tempat.

Seketika suasana menjadi hening karena ucapan kalimat teman kami. “Ice chocolate grande dan kentang goreng!” Ujar pelayan café tersebut. Terimakasih Tuhan akhirnya ada pemecah suasana.

“Hih gapernah ganti-ganti menu lain lo! Coba yang baru dong” Rina meledek. “Hahaha gue orangnya kalo udah suka sesuatu males coba hal baru Rin. Emangnya lo gonta ganti ew!” Aku menjawab ledekan Rina. “Wetseh, lo gapernah tahu apapun kalo lo ga coba yang lain Bis” Rina mengelak “Tau kok!” aku menjawab dan menyicipi kudapan yang dipesan oleh Rina. “Hahaha dasar lo ya Bis!”.

“Lagi sih gara-gara menu aja diribetin Rin” “Ini bukan perkara menu Bis, lo harus nyoba sesuatu yang baru biar lo tau dimana lo akan bertahan dan dimana lo akan melepasnya” Rina memperjelas. “Iya buu maria tegar” aku balas dengan candaan.

“Rin, kok tadi Dia bisa nganggep kita ngedate ya?” Ujar ku. “Taudeh, padahal kan kita sering keluar gini” balas Rina. “Ya maklum lah ya gue single lo single, wajar kali dianggep lagi ngedate” aku bergurau. “Yehh, pengen amat lo dibilang ngedate sama gue!” Rina pun meledek. “Yehh, lo tuh yang harusnya gue gituin, gak semua wanita bisa pergi sama gue” Akupun membalas ledekan Rina. “Berasa artis banget lo Bis” “Beruntung lo bisa berdua sama gue Bis, banyak ajakkan pria yang gue tolak nih! Hahahaha” lanjut Rina sambil bergurau. “Iya buu siapp tau deh yang jadi idola idaman para pria di kampus!” balas ku sambil meledek. “Hahaha bercanda aja gue Bis, jangan serius-serius ah” ucap Rina.

Jam di tangan telah menunjukkan pukul 9 malam. Kami pun melanjutkan untuk menghabisi kudapan kami yang telah dipesan. Yap, ini pesan dari bokap Rina yang gaboleh pulang lebih dari jam 10. Aku mengantarkan Rina sampai ke rumahnya.

Di perjalanan menuju Rumah, aku memikirkan ujaran teman ku yang berada di café tadi. Aku berfikir, apakah selama ini aku kencan dengan Rina? Bisa dibilang, aku sering pergi dengan Rina. Kenapa aku baru berfikir tentang hal ini. Iya, selama ini aku pergi dengan Rina tanpa memikirkan ujaran teman ku tadi. Aku benar-benar bingung. Kenapa aku tidak pernah menganggapnya kencan? Apakah Rina selama ini menganggapnya kencan? Atau terlebih lagi Rina menganggap aku mendekatinya. Tidak mungkin Rina menganggap aku mendekatinya. Apakah selama ini sikap ku sudah seperti layaknya orang yang mendekati pujaan hati nya? Ah, khayalan-ku ini sudah benar-benar salah. Banyak sekali tanya di pikiran ku saat ini.

Aku sungguh tidak tahu jawabannya. Sangat tidak mungkin aku bertanya pada Rina, aku bukan anak SD lagi. Kepala ku penuh pertanyaan malam ini, mungkin selamanya.